0
Indonesia-Jepang Akan Coba Teknologi Baru Pengolahan Bijih Besi
Posted by KALAM-MADON
on
Thursday, February 19, 2009
in
Indonesia-Jepang Akan Coba Teknologi Baru Pengolahan Bijih Besi
Indonesia dan Jepang akan menguji coba teknologi pengolahan bijih besi menggunakan bahan bakar batubara rendah kalori.
"Kita rencanakan ada pilot project yang akan dikembangkan di Kalimantan Selatan," kata Dirjen Industri Logam, Mesin, Tekstil dan Aneka, Departemen Perindustrian Anshari Bukhari usai membuka "Business Opportunity Seminar On DIOS and Other Iron Making Process in Indonesia" di Jakarta, Kamis.
Kerja sama itu merupakan implementasi kesepakatan kemitraan ekonomi Indonesia-Jepang (IJEPA) untuk bidang Manufacturing Industry Development Center (MIDEC).
Anshari menjelaskan teknologi pengolahan bijih besi metode Direct Iron Ore Smelting Reduction Process (DIOS) itu telah dipatenkan oleh Jepang dan diserahkan kepada Indonesia untuk dipelajari.
"Teknologi itu keunggulannya bisa menggunakan batubara kalori rendah dan bisa menggunakan iron ore yang kadar Fe-nya rendah. Jadi sesuai dengan kualitas bijih besi kita yang dari Kalimantan Selatan," jelas Anshari.
Teknologi DIOS yang dikembangkan oleh Jepang itu belum diimplementasikan di Negeri Sakura sendiri karena masalah bahan baku yang tidak tersedia.
"Mereka sudah kembangkan teknologinya dan implementasinya di kita. Nanti kita juga tidak sendiri bersama dengan mereka, termasuk pembiyaan kita harapkan ada dukungan dari mereka,"tuturnya.
Anshari menambahkan implementasi teknologi baru setidaknya membutuhkan waktu dua tahun. Untuk metode DIOS ini baru mulai diseminarkan.
"Kita tahap awal ini bagaimana transfer knowledge dari ahli Jepang pada kita. Kita belum bicara dalam arti fisiknya. Kalau ini sudah bisa dilakukan, kita kan fokus development-nya oleh orang kita," tambahnya.
Ia mengatakan rencana uji coba penerapan teknologi pengolahan bijih besi itu belum dibahas secara rinci. "Nanti bisa dengan Krakatau Steel, bisa swasta lain atau Depperin sendiri," ujarnya.
Diharapkan selain bantuan teknis berupa seminar dan pelatihan oleh tenaga ahli dari Jepang, juga akan ada bantuan berupa mesin.
"Target akhirnya dalam bentuk mesin. Dia (Jepang) baru bicara soal transfer teknologi dan bantu tenaga ahli. Bagaimana implementasi di lapangannya itu akan dibicarakan lebih lanjut. Siapa yang biayai, apa pemerintah atau swasta atau bantuan Jepang, itu akan kita bicarakan lebih lanjut," paparnya.
Kerja sama itu merupakan implementasi kesepakatan kemitraan ekonomi Indonesia-Jepang (IJEPA) untuk bidang Manufacturing Industry Development Center (MIDEC).
Anshari menjelaskan teknologi pengolahan bijih besi metode Direct Iron Ore Smelting Reduction Process (DIOS) itu telah dipatenkan oleh Jepang dan diserahkan kepada Indonesia untuk dipelajari.
"Teknologi itu keunggulannya bisa menggunakan batubara kalori rendah dan bisa menggunakan iron ore yang kadar Fe-nya rendah. Jadi sesuai dengan kualitas bijih besi kita yang dari Kalimantan Selatan," jelas Anshari.
Teknologi DIOS yang dikembangkan oleh Jepang itu belum diimplementasikan di Negeri Sakura sendiri karena masalah bahan baku yang tidak tersedia.
"Mereka sudah kembangkan teknologinya dan implementasinya di kita. Nanti kita juga tidak sendiri bersama dengan mereka, termasuk pembiyaan kita harapkan ada dukungan dari mereka,"tuturnya.
Anshari menambahkan implementasi teknologi baru setidaknya membutuhkan waktu dua tahun. Untuk metode DIOS ini baru mulai diseminarkan.
"Kita tahap awal ini bagaimana transfer knowledge dari ahli Jepang pada kita. Kita belum bicara dalam arti fisiknya. Kalau ini sudah bisa dilakukan, kita kan fokus development-nya oleh orang kita," tambahnya.
Ia mengatakan rencana uji coba penerapan teknologi pengolahan bijih besi itu belum dibahas secara rinci. "Nanti bisa dengan Krakatau Steel, bisa swasta lain atau Depperin sendiri," ujarnya.
Diharapkan selain bantuan teknis berupa seminar dan pelatihan oleh tenaga ahli dari Jepang, juga akan ada bantuan berupa mesin.
"Target akhirnya dalam bentuk mesin. Dia (Jepang) baru bicara soal transfer teknologi dan bantu tenaga ahli. Bagaimana implementasi di lapangannya itu akan dibicarakan lebih lanjut. Siapa yang biayai, apa pemerintah atau swasta atau bantuan Jepang, itu akan kita bicarakan lebih lanjut," paparnya.
Post a Comment